Waria yang pergi kesurga

 

WARIA YANG PERGI KESURGA
Cerpen oleh: khoiruddin

 

Sentuhan angin waktu malam membelai wajah yang bergurat cemas. Malam ini ia ingin sendiri. Berjalan kaki disepanjang trotoar menuju stasiun kereta api. Langkah kakinya nampak tergesa-gesa.


                                                         ***


Ia tidak menyangka jika pertemuan dengan lelaki itu akan berakhir dengan tragedi. Semalam lelaki itu berkunjung ke kostannya, seperti biasa, kamarnya yang bersih akan berantakan dan kotor dipenuhi puntung rokok dan aroma sperma. Ia tidak menginginkannya, namun ia tidak kuasa untuk menolaknya. Lelaki itu memberinya cukup uang untuk makan, bahkan biaya kursus komputernya pun lelaki itu yang membiayainya.

”Aku sedang tidak mood, jangan paksa aku melakukannya”.

”Halah! Dari mana kamu akan makan kalau tidak meladeniku? Cepat kemari!”.

Namun ia masih bergeming didepan pintu. Ia sudah letih. Rasanya ia ingin muntah bila melihat tampang lelaki yang terlentang di belakangnya.

”Memangnya kamu bisa apa tanpa belas kasih dariku...!”. ujar lelaki itu seraya menarik tubuhnya. Dan malam pun bergulir dalam hening.

                                                        ***

Ia masih ingat, dulu ia pernah bermimpi menjadi perancang busana ternama, yang bisa keliling dunia dengan hasil karyanya. Namun selepas keluar dari sekolah dasar, orangtuanya hanya mampu membiayai ia kursus menjahit disebuah lembaga keterampilan. Itu pun tidak sampai selesai. Dua bulan kemudian ia bekerja bersama bapaknya sebagai buruh bangunan. Sebuah kecelakan mengantarkan bapaknya pergi untuk selama-lamanya.Bapaknya jatuh dari gedung yang tengah ia bangun. Lima bulan kemudian ibunya meninggal karena Tubercolousa.
Simponi waktu mengantarkannya pada kehidupannya yang sekarang. Dunia luar terlalu liar untuk seorang remaja sepertinya. Nongkrong di alun-alun, berbagi senyum dan tawa dengan rembulan dan bintang-bintang.

                                                  ***

Ia pernah jatuh cinta. Satu kali dan untuk selamanya. Namanya Andriana, sahabat dikampungnya. Andriana yang baik hati, ketika semua orang dikampungnya mengolok-olok ia, Andriana hadir bak malaikat yang diturunkan dari langit untuk menolongnya. Ia masih ingat bagaimana dulu Andriana mengajarinya bermain sepak bola....

” Kamu bisa! Kamu pasti bisa! Tenang saja, disini gak ada siapa-siapa kok, lampiaskan saja semua kekesalanmu diujung kaki, anggap bola ini orang yang kamu benci lalu tendang ia ke gawang! ”.

Lambat laun ia pun belajar untuk menjadi laki-laki yang semestinya. Andriana yang baik hati, Andriana yang sungguh malang. Ketika ia menemukan sosok sahabat sejati, Andriana pergi dengan seutas tali, ia tidak menyangka jika malaikatnya nekat menggantung diri diatas pohon randu hanya karena patah hati. Seorang wanita menyakiti Andriana.


Aku benci semua wanita didunia...katanya lirih saja pada sehembus angin yang lewat.

                                                        ***

Entah sudah ada berapa orang lelaki yang ia jadikan pelampisan atas rasa kasih yang hilang. Ia mencari cinta dalam setiap pelukan sebatang pohon tanpa daun. Tapi malam ini ia tidak kuat lagi. Diambilnya sebilah pisau yang biasa ia pergunakan untuk memotong buah, ditusukannya beberapa kali tepat pada jantung lelaki yang tengah mendengkur diatas ranjang dengan tubuh tanpa pakaian.

”Aku tidak butuh semua uangmu, aku tidak butuh cacianmu, aku tidak butuh tamparanmu baiknya kamu pergi saja bersama semua kerakusanmu, bersama dunia yang telah memperlakukanku sedemikian rupa. ”

Ia lemparkan serpihan tubuh itu ke jurang, kesungai, ke tempat sampah, kemuara. Lalu bergegas pergi menuju stasiun kereta yang akan mengantarkannya ke surga.

Diseberang jalan ia melihat dua orang wanita pria tengah berjalan dalam takut. Beberapa pria yang tengah mabuk menggoda mereka. Langkahnya terhenti. Dihampirinya beberapa orang lelaki yang semakin kasar menggoda dua orang wanita pria itu. satu orang melawan beberapa pria yang tengah mabuk. Ia kalah, terjerembab dan tersungkur di atas aspal. Rasa sakit dari sebuah botol yang menimpa kepalanya tidak ia rasakan. Juga ketika sebuah belati menghunus ulu hatinya, ia malah tersenyum. Mungkin sudah saatnya aku pergi kesurga menemui Andriana, bisiknya.

                                                         ***

pagi-pagi sekali, penghuni kota digegerkan dengan penemuan potongan-potongan tubuh di tong sampah dan sungai, juga sesosok mayat lelaki yang tergeletak di pinggir jalan. Tidak ada yang tahu, jika lelaki yang mati itu adalah seorang waria kelas satu di sebuah pub malam. Dan tidak ada yang tahu jika mayat waria itu sangat mendamba akan masuk surga bersama kekasihnya tercinta.

 

selesai

Baca perbualan

Cerpen-cerpen Berkaitan

Semua cerpen-cerpen Lain-lain

cerpen-cerpen lain

Perbualan

Perbualan

Want to join the conversation? Use your Google Account

  • 1) owh ngeri juga, khoir. ngilu banget zu baca-nya nih. hmm benar deh..

    kisah benar ya kan... semoga ada pelajaran untuk kita semua juga ya.
  • 2) hehehe, bukan gaya bahasa cerpen yang biasa ya.. sempat bingung membaca "kostannya", rupanya yang dimaksud "tempat kostnya".. ha ha ha.. :D

    Btw, sang waria kan belum tentu pergi ke surga..? :)
  • 3) pusing juga baca ceritanya ni.
    iya..benar kata kamu cassle, belum tentu perginya ke syurga kan.
  • 4) kok bisa? ha ha ha... seremmmm...

Cerpen-cerpen lain nukilan rumputeki

Read all stories by rumputeki
No stories.