GURATAN MEGA

 



GURATAN MEGA
(Masyaallah, ucapku gundah) rasa sakit yang berkarat disertai pelintiran yang mengguncahkan dipuser tulang gawangku . hanya bisa menghela nafas panjang. seberat inikah yang harus aku tanggung,dari satu ikrar?

Read more (534 words)seminggu tergolek dalam ruang pengab dengan baling baling kapal pesiar diujung hidungku.adalah ruang yang lebih pantas disebut penjara.
sedang tarian jiwa yang selama ini terbina, hanya mampu memandang gamang padaku.
walau sempat kuartikan, bahwa sorot mata dan sikapnya yang tak bersahabat lagi, sebagai pemberontakan dibawah alam sadarnya.

ini yang kesekian kalinya, terulang dan terulang lagi.
ibarat batas samudra....... inilah bibirnya. ibarat gunung berapi..... inilah lahar didihnya.

"ngapain kek Mas, jangan tidur melulu!", ucap istriku spontan.
"mangkanya, kalau jadi orang itu jangan pilih pilih kerjaan", ucapnya ringan. seringan langkahnya meninggalkan aku yang bengong melompong kayak keyong.

"Astaghfirullah", ucapku terkesima terduduk dari tidur rebahku.

"benarkah itu?", batinku memberontak

menerawang jauh berhektar hektar ladang yang pernah aku singgahi. berpuluh puluh peluh tertampung dalam baqi.

"apakah belum tercukupi lampah lakuku ini Yaa Allah", rintihku sedih seraya menahan nyeri.... menahan sakit tubuh ini..... berusaha menjauhkan sakwa sangka diri.

aku berusaha bangun dari rasa jengah. kuhampiri sudut meja tuk awalku merayap kedinding. bagai cecak masuk comberan yang menggelepar lepaskan ekornya.

kulihat istriku menyusui si jabang bayi dengan asinya yang masih aduhai. tapi bara yang masih bertengger diumbun umbun kepala, membuatku tak pedulikan lagi.

tanpa pikir panjang, kuambil sepedaku yang selama ini setia menemaniku keliling aral rintang kehidupan.
tanpa pamit, ku ayuh sepeda dengan bara yang semakin menyala. pikiran melayang entah kemana.

mulanya memang sakit ini tak terperi, air mataku mengalir tiada henti.
aku tak mungkin menyalahkan istriku.... menyalahkan Allah apa lagi..... semua itu memang ketololanku.

perlahan lahan rasa sakit mulai menghilang.... puji syukur perlahan lahan mampu kuucapkan. tapi bara ini belum mampu aku padamkan.

"Yaa Allah, mungkinkah aku harus mati dalam penyesalan? dimana hidupku dengan segala tanggung jawabku terkalahkan oleh kebodohanku?" jerit batinku sambil tetap mengayuh sepeda perlahan lahan.

mulutku semakin mengalir menyebut Asma'ul husna-Nya, dengan kayuh sepeda yang mulai teratur. seteraturnya nafasku yang mulai reda gemuruhnya.

kupandang kiri kanan jalan, indah pesona-Mu Yaa Allah. dimana bentangan sawah dengan pengolahnya yang giat terpampang dimataku.

"apakah aku kurang bersyukur?", jentik batinku membuat terbuka rona kelambu masa lalu. terkuak semakin lebar.

dalam perjalanan laraku, ternyata Allah masih sayang padaku. introspeksi adalah jalan keluarku, tapi bukan jalan memenuhi tuntutan istriku.

kulihat langit mengguratkan pena kuasa-Nya. hanya puji syukur yang mulai aku senandungkan.
sungguh, kuasa-Nya membuat sepedaku yang telah jauh dan terlampau jauh bagi seorang pesakitan. berputar balik untuk pulang kerumah.
rasa sakit dan amarah yang tadi menggejolak, telah hilang.... sirna.
mungkin ini semua karena kehendak-Nya juga.

"dari mana saja mas?", tanya istriku ramah dihalaman rumah

aku tersenyum, menghampirinya dengan tetap bertengger diatas sepeda.

"terima kasih ya?", ucapku bergetar... seraya mencium keningnya.

istriku terpana,sorot matanya menandakan ketidak tahuannya.

aku tersenyum padanya seraya menaruh sepeda kesayanganku diteras rumah.
aku dendangkan lagu ciptaanku yang baru saja aku buat sambil mengayuh sepeda dijalan.

senggang alam menghardik sepoi angin
bercucur buih sepagutan
hasutan akal sebilah sembilu
aku merasa tak cukup hanya beralas angan

guratan mega remang senja pembatas malam
akurkan hasrat setinggi karang
.........................
...........
.....

terima kasih Allah, ucapku
Kau sehatkan aku dari lunglai rasa ragu,
tentunya hanya pada-Mu kupanjatkan puji syukurku.

Amin

..................
Poncowae=Tng, 14 September 2008

Baca perbualan

Cerpen-cerpen Berkaitan

Semua cerpen-cerpen Spiritual

cerpen-cerpen lain

Perbualan

Perbualan

Want to join the conversation? Use your Google Account

  • 1) kalau dari segi penceritaanya sih bagus, cuma itu berhati-hati dengan tanda baca dan lain2 saja ya.

    terus menulis dan menulis. semangat.

  • (Penulis)
    2) terima kasih atas masukannya.

    tanda baca yang aku gunakan sebenarnya mewakili sesuatu kata kata yang sebenarnya perlu diucapkan.
    berhubung saya berpikir kllimaknya sudah ketemu yaaa kata kata itu sengaja aku lanjutkan
    kerna apa? hehehe
    kerna aslinya bait pertama adalah asli lagu karangan saya.... berhubung saya lupa bait kedua yaaaa begitulah hasilnya hahaha

    terima kasih ya sobat!

    trims
    salam persobatan
    Em ponco
  • 3) salam kenal

    masih ingat aku sih? hehehe... aku singgah sebentar untuk baca cerita mu. sama juga dengan aku, kurang faham tatabahasanya tapi aku mengerti maksud ceritamu. tentang kesyukuran dan kegigihan. maaf kalau aku salah tafsiran.

    itu saja untuk kali ini. terima kasih

    salam persobatan
    Ridhwan Zainudin

Cerpen-cerpen lain nukilan ponco_wae

Read all stories by ponco_wae